Malang, SIBERNEWS.CO.ID – sebanyak 11 (sebelas) pembatik yang bernaung dibawah LPK Ganesha – Kepanjen mengikuti uji dan tes kompetensi pembatik kegiatan bertempat di joglo SKB (Sanggar Kegiatan Belajar) Negeri Kabupaten Malang Jalan Krapyak No.94, Minggu (20/4)
Adapun lembaga penguji dan aksesornya adalah Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP-BNSP) Batik yang berkantor pusat di Semarang dengan assesor nasional, Ita Fitriyah, S.T, M.T (46).
pada ujian kompetensi pembatik kali ini yang diuji adalah skema membatik cap.
“ini bagian dari tugas kami untuk menstandarkan kemampuan para pembatik dan kali ini skema ujinya khusus untuk pembatik cap dan istimewanya pesertanya para pengajar batik dan perajin,” tegas Ita Fitriyah, S.T, M.T yang dikenal juga sebagai pemilik dari Batik Lintang salah satu inisiator motif batik khas Kabupaten Malang “Garudeya”.
Ketika dilakukan verifikasi data peserta, Asesor yang asli warga Kabupaten Malang ini cukup kaget selain para peserta adalah para pengajar guru, dosen, dll ternyata asal peserta uji kompetensinya kali ini bukan hanya dari wilayah Malang raya, namun juga dari luar Malang Raya (Kota Batu, Kota Malang dan Kabupaten Malang)
Selain itu ada juga Ponorogo sebanyak 3 peserta, Madiun, Surabaya, dan Tulungagung.
Batik cap dan tulis memang menjadi bagian UMKM yang berkembang sangat pesat di Jawa Timur, hampir disetiap desa ada lebih dari 2 pembatik dan galeri.
Bahkan bisa dibilang salah satu usaha kecil yang mampu bertahan dalam kondisi ekonomi global yang sedang tidak baik-baik saja pada masa covid dan resesi dunia saat ini.
Tidak heran jika uji kompetensi sangat diminati ketika ada lembaga ataupun instansi-instansi terkait mengadakan.
“jauh-jauh kami dari Ponorogo demi meningkatkan kompetensi dengan sertifikasi semoga nanti membuat kualitas produksi batik kami juga meningkat,”terang Anita (35) peserta uji kompetensi asal Kabupaten Ponorogo yang sudah hadir ditempat kompetensi sejak pagi hari bersama dua teman lainnya dan juga berprofesi sebagai pengajar membatik di wilayahnya kabupaten Bhumi reog.
“Uji kompetensi ini bukan sekedar menguji atau asesmen skill, namun peserta juga wajib mampu melakukan asesmen mandiri sebagai bentuk attitude, yang menjadi salah satu poin dalam asesmen kami”,Tambah Ita Fitriyah, asesor lulusan program pasca sarjana ITN Malang yang tinggal di desa Ngijo – Karangploso.
Dijelaskan pula Attitude yang dimaksud ini bukan sekedar terhadap sesama atau orang lain melainkan juga kepada alat dan materi kompetensi batik cap serta karya.
“Nama itu kosong, Karya itu nyata, Kata pakde Anto Baret”ujarnya mengutip slogan seniman Nasional Anto Baret yang juga dikenal sebagai pendiri KPJ Indonesia.
Uji kompetensi dilakukan sehariannpenuh sejak pukul 08.00 wib hingga pukul 16.00 WIB.
semakin banyak pembatik yang terus meningkatkan kemampuannya dengan mengikuti uji kompetensi maka diharapkan standar kualitas batik di Jawa Timur khususnya akan ikut meningkat dan semakin baik.
(Rahman)